Tampilkan postingan dengan label Behavioural Finance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Behavioural Finance. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Februari 2012

Psikologi Trading

|0 komentar

Jangan mengabaikan hal ini. Serius!!! Kekalahan sudah di depan mata jika anda sembarangan dalam trading. Ada beberapa faktor penentu dalam kesuksesan melakukan trading : PERSONAL TRADER
Terdapat 6 psikologi yang mempengaruhi individu dalam bertransaksi. Sangatlah menarik di mana banyak orang senang menaruh simpanan dan dana mereka dalam tangan orang lain, menerima kerugian seperti dengan mudahnya menyalahkan orang lain daripada bertanggung jawab terhadap dana mereka sendiri.

1. Bertanggung jawablah terhadap modal anda (walau hanya modal 5 USD yang anda terima secara gratis). Langkah pertama sebagai individu adalah percaya pada diri sendiri dan kemampuan anda sendiri. Satu dari penemuan yang sangat mengejutkan ketika anda mulai bertransaksi atau memiliki pengamatan dari pasar saham bagaimana para ahli sangat sering melakukan kesalahan.

Hal ini merupakan penyokong kepercayaan yang sesungguhnya ketika anda mulai mengerti bahwa dengan latar belakang yang kokoh dan pengetahuan, disiplin dan penetapan rencana perdagangan yang baik akan membuat anda melakukan tindakan profesional. Anda akan berada dalam sebuah pasar yang bergerak beberapa kali lebih cepat daripada pasar lainnya dan dengan leverage, penghargaan dan kerugian bercampur berulang kali. Jalan terbaik untuk mengatasi pikiran dari penggunaan uang anda sendiri dan volume anda akan melakukan transaksi adalah melupakan tentang uang dan bicarakan bagian dari poin-poin.

Jadi daripada menghitung keuntungan dan kerugian anda dalam faktor-faktor dari dolar, bicarakan faktor-faktor dari poin-poin keuntungan dan kerugian. Jika anda mengambil hal ini pada tingkat yang sangat awal, ini akan terasa sama jika anda melakukan perdagangan demo. Ketika melakukan perdagangan rekening demo, kebanyakan orang melakukannya dengan sangat baik. Mereka berdagang tanpa rasa takut. Tapi ketika mereka bertransaksi dengan uang sesungguhnya, meskipun hanya rekening mini, tiba-tiba mereka menemukan diri mereka bertransaksi dengan sikap di mana mereka kehilangan banyak kesempatan dan mengumpulkan banyak kerugian. Mereka dengan mudah kehilangan keberanian mereka dan masuk ke dalam rasa takut dan tamak. Hal ini dapat terjadi juga ketika anda berangkat dari rekening mini ke rekening penuh atau dari kontrak perdagangan sendiri ke kontrak perdagangan multiple. Cobalah dan berdaganglah tanpa pikiran akan berapa banyak uang anda yang mungkin akan untung atau rugi. Berdagang dengan pemikiran yang benar, tidak perduli berapa banyak kontrak yang anda perdagangkan atau bahkan jika anda melakukan transaksi di rekening demo.

2. Kurangi kerugian anda secepatnya dan biarkan keuntungan anda yang berjalan. Konsep sederhana ini merupakan salah satu konsep tersulit untuk dilaksanakan dan ini menyebabkan kematian bagi kebanyakan pedagang. Kebanyakan pedagang melanggar rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengambil keuntungan mereka sebelum meraih target keuntungan mereka karena mereka merasa tidak nyaman duduk di posisi yang menguntungkan. Jenis orang yang sama ini akan dengan mudah duduk di posisi kerugian, mengijinkan pasar bergerak terhadap mereka untuk ratusan poin dengan harapan bahwa pasar akan kembali . Tambahan, pedagang yang perintah stop mereka telah terkena berulang kali hanya untuk melihat pasaran kembali pada kehendak mereka, sekali mereka keluar, mereka dengan cepat memindahkan perintah stop dari perdagangan mereka dengan satu kepercayaan bahwa hal ini akan selalu menjadi kasus. Perintah stop diadakan untuk dikenai, dan untuk menghentikan anda dari kerugian melebihi jumlah yang ditetapkan sebelumnya! Kepercayaan yang salah adalah bahwa setiap transaksi haruslah menguntungkan.

Jika anda telah memperoleh keuntungan 3 dari 6 transaksi maka anda telah melakukannya dengan baik. Bagaimana mungkin anda dapat menghasilkan uang dengan hanya setengah dari perdagangan anda untuk menjadi pemenang? Sederhana saja, anda ijinkan keuntungan anda pada saat menang untuk berputar dan yakinkan bahwa kerugian yang anda alami adalah minimal. Strategi bagus lainnya adalah menggerakkan stop loss (poin di mana transaksi akan terjual jika berjalan ke jalan yang salah) di balik perdagangan ke tingkat di mana penarikan kembali dapat diakomodasikan tetapi pembalikan akan terkunci paling tidak memperoleh sedikit keuntungan.

3. Disiplin Berdaganglah dengan perencanaan yang disiplin. Masalah dari banyak pedagang adalah mereka menganggap berbelanja lebih serius dibandingkan perdagangan. Pembelanja rata-rata tidak akan mengeluarkan $400 tanpa penelitian yang serius dan pemeriksaan produk yang hendak dibeli, juga pedagang rata-rata akan membuat sebuah perdagangan dengan mudah membebaninya $400 didasari pada sedikit daripada “perasaan” atau “dugaan”. Yakinkan bahwa anda memiliki rencana sebelum anda mulai bertransaksi. Rencana harus termasuk di dalamnya level stop dan limit untuk bertransaksi, sama seperti analisa anda harus meliputi sisi bawah yang diharapkan sebaik sisi atas yang diharapkan.

4. Jangan Terlalu banyak Informasi seperti banyak usaha-usaha keras lainnya, sangatlah penting untuk tetap berdagang secara sederhana. Banyak pedagang memulai dengan strategi yang sederhana dan sukses, tapi menemukan diri mereka mencoba memotong dan mengubah untuk menemukan sistem yang lebih baik. Mereka juga mengijinkan diri mereka untuk dipengaruhi oleh pendapat lain dan terlalu banyak fundamental. Perdagangan pasar saham biasanya serupa dalam hal ini. Pelatihan yang baik adalah untuk mengajarkan seorang anak atau remaja strategi perdagangan yang sederhana atau rancangan aturan untuk diikuti dan membiarkan mereka untuk berdagang rekening demo. Banyak pedagang yang telah melakukan ini merasa surprise bahwa anak-anak mereka dapat melakukan transaksi dengan baik, konsisten dan seringkali dengan hasil yang spektakuler.
Pelajarannya adalah bahwa mereka tidak menyimpang dari aturan-aturan yang ada dan tidak terpengaruh oleh media atau fundamental. Banyak pedagang tidak memperhatikan fundamental sama sekali dan sukses dalam bertransaksi. Aturan di sini adalah untuk tetap menjadikannya sederhana, jangan ijinkan diri anda untuk menjadi bingung dengan terlalu banyak informasi dan jika anda tidak yakin atau tidak dalam emosi dalam pikiran yang baik, jangan melakukan transaksi.
5. Jangan menikah dengan perdagangan anda. Alasan berdagang dengan perencanaan adalah sangat penting karena analisa terobyektif adalah telah dilakukan sebelum perdagangan dilaksanakan. Sekali seorang pedagang berada dalam posisi, mereka cenderung menganalisa pasar berbeda dalam “harapan” bahwa pasar akan bergerak ke dalam arah yang diinginkan daripada penglihatan objektif pada faktor-faktor yang berubah yang mungkin berbalik terhadap analisa asli anda. Hal ini khususnya merupakan kerugian yang sebenarnya.

Dengan posisi kalah cenderung untuk menikahi posisi mereka, yang menyebabkan mereka mengabaikan kenyataan bahwa semua tanda mengarah pada kerugian. Jangan berdagang, terlebih lagi dengan harapan bahwa pasar akan berbalik ke dalam kehendak anda. Hal ini hanya akan mempercepat kerugian anda.
6. Jangan bertaruh di ladang ini. Jangan berlebihan dalam bertransaksi. Satu dari sekian banyak kesalahan biasa bahwa pedagang membuat leverage yang terlalu tinggi dari rekening mereka dengan berdagang ukuran besar yang banyak daripada seharusnya mereka memperdagangkan secara bijaksana saldo mereka. Leverage merupakan pedang bermata dua. Hanya karena satu lot (100,000 unit) dari mata uang hanya diminta $1000 sebagai margin minimum deposit, itu bukan berarti kalo seorang pedagang dengan $5000 dalam rekeningnya dapat melakukan transaksi sebanyak 5 lot. Satu lot adalah $100,000 dan harus diperlakukan sebagai $100,000 investasi dan bukannya menaruh $1000 sebagai batasan.

Banyak pedagang menganalisa grafik dengan benar dan menempatkan transaksi yang bijaksana, juga mereka cenderung untuk berlebihan menetapkan leverage mereka sendiri. Sebagai konskuensinya, mereka seringkali terpaksa untuk keluar posisi pada waktu yang salah/tidak tepat. Aturan terbaik adalah untuk berdagang dengan 1-10 leverage atau tidak pernah menggunakan saldo anda lebih 5 pada waktu yang diberikan. Berdagang mata uang tidaklah mudah. (Jika mudah, setiap orang akan menjadi milyuner!).
Sumber : http://asiaroxy.com/article/1/Psikologi-Trading.html

Harga Saham dan Perilaku Investor : Perspektif Behavioural Finance

|1 komentar
Harga saham selalu berfluktuasi. Dalam retang menit bahkan detik, harga saham bisa bergerak naik tajam dan bisa pula turun curam. Fluktuasi ini tidak hanya terkadang membuat kinerja jantung investor overcapacity tetapi juga bisa menelan nilai investasi yang telah dibenamkannya. Krisis keuangan membuat fluktuasi harga saham semakin tidak predictable dan terkadang menanjak tidak terduga dan menurun tidak terkira. Masalahnya adalah mengapa semua itu bisa terjadi?

Confidence VS Expectation
Investor pasar keuangan adalah investor yang beragam. Keberagaman yang dikontibusikan oleh beberapa aspek, yaitu: motivasi investasi, daya beli (purchasing power) terhadap sekuritas, pengalaman, tingkat pengetahuan dan kematangan investasi serta perilaku investasi. Keberagaman ini akan membuat perbedaan tingkat keyakinan (confidence) dan harapan (expectation) atas return dan risk atas invetasi yang dilakukannya. Adanya keberagaman inilah yang sesungguhnya mendorong terjadinya transaksi. Bayangkan jika semua investor memiliki keyakinan dan ekspektasi yang sama. Mungkinkah ada transaksi?
Keyakinan dan harapan inilah yang melahirkan perilaku investasi yang beragam. Dorsey dalam Daniri (2008) mengatakan "human behaviour is the key determinants of the market". Premis ini bukan berarti menihilkan faktor fundamental dan teknikal investasi sama sekali tetapi memberikan penekanan bahwa perilaku investor menentukan "abang irenge" pasar keuangan. Dengan bersepakat atas premis inilah maka disiplin ilmu keuangan tidak bisa secara kaku dan angkuh berdiri sendiri dalam memformulasi rekomendasi investasi tetapi juga harus melibatkan ilmu perilaku manusia yaitu psikologi.

Hipotesis Pasar Efisien?
Adam Smith, Mbah-nya kapitalisme, dalam bukunya The Money Game (Daniri, 2008) mengatakan bahwa perilaku investor itu didorong oleh 2 hal, yaitu fear (ketakutan) dan greed (keserakahan). Perilaku yang didorong dengan kedua hal ini relatif akan mengacaukan bangunan hipotesis pasar efisien yang telah banyak diyakini oleh peneliti ilmu keuangan. Efisiensi pasar secara informasi hanyalah dibentuk oleh tipologi investor yang rasional dalam memandang informasi, baik data historis, data publik ataupun private infrmation. Sedangkan ketakutan dan keserakahan merupakan variabel yang tidak terkontrol oleh ketiga jenis informasi itu. Pada tikungan inilah, lahirnya masalah!
Keyakinan dan harapan yang beragam serta didorong oleh ketakuan dan keserakahan investor melahirkan fenomena pasar keuangan saat ini. Dalam kondisi pasar keuangan sedang bullish (kinerjanya meningkat) maka menanjaklah harga dan kapitalisasi saham sampai menjulang bahkan bubble. Tetapi sebaliknya, ketika pasar keuangan sedang bearish (kinerjanya menurun) maka meluncurlah harga dan kapitalisasi saham mendekati dasar. Meskipun faktor fundamental emiten maupun ekonomi baik.

Herding Behaviour, Run with Herd
Paul Krugman, peraih Nobel Ekonomi 2008, mengatakan bahwa perilaku investor global adalah perilaku yang mengikuti isyarat kawanan (run with herd). Perilaku ini dinamainya dengan Herding Behaviour (Daniri, 2008). Dan tampaknya, pola herding behaviour ini tidak bisa dicermati hanya oleh ilmu keuangan semata tetapi ilmu psikologi dapat berperan untuk mengidentifikasi perilaku investasi seperti ini. Terlebih pada pasar keuangan yang masuk dalam kualifikasi emerging market seperti pasar keuangan kita, perilaku investasinya juga sangat dipengaruhi oleh rumor, yang disebut dengan Noise Trading Behaviour (Asri dalam Kompas, 8/12).
Pasar keuangan digerakkan oleh informasi, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa dalam proses pemaknaan informasi itu ada unsur subjektivitas, emosi dan faktor psikologis lainnya. Terlebih dalam emerging market yang masih banyak dipenuhi oleh investor yang tidak rasional. Untuk itu, ilmu psikologi harus memberikan kontribusi sehingga penelitian keuangan tidak hanya bisa menjawab apa (what) tetapi bisa pula menjelaskan mengapa (why) dan bagaimana (how) secara lebih komprehensif. Maka dengan berlatar seperti itulah saat ini berkembang displin ilmu yang namanya Behavioural Finance.

Apa itu BF atau Behavioural Finance itu?
Perkembangan pasar keuangan dengan kompleksitas yang melatarinya tidak memungkinkan teori investasi/keuangan untuk berdiri angkuh seorang diri dan kaku. Tetapi dipandang perlu untuk mengajak serta disiplin ilmu lain, yaitu psikologi untuk membantu melihat fenomena perilaku investor dalam membuat keputusan investasi.
Sewell (2008) mendefinisikan BF adalah "study of the influence of psichology on the bahaviour of financial practitioners and the subsequent effect on market". Dari definisi BF yang diberikan oleh Sewell ini, terdapat 2 hal yang menarik disikapi. Pertama, perilaku investor merupakan objek amatan. Secara individual, aspek psikologis investor dalam memandang risiko dan imbal hasil (return) tentulah beragam. Toleransi investor terhadap risiko (risk appetite) selalu berbeda. Amatan terhadap aspek psikologis ini secara individual diperlukan untuk menentukan sekuritas yang sesuai dengan keadaan psikologis investor yang dimiliki saat itu. Dan dalam pespektif lain, hasil amatan itu dapat digunakan sebagai bahan prediksi atas kemungkinan transaksi yang mesti dilakukannya. Kedua, perilaku investor itu menentukan pasar. Secara komunal dan bersama-sama, perilaku investor ini akan menentukan harga dan kapitalisasi saham. Sehingga trend pergerakan IHSG dapat diprediksi dengan analisa BF ini. Hal ini akan meminimalisasi potensi loss atau risiko yang ditanggung oleh investor.
Secara historis sebenarnya displin BF ini telah dimulai sejak tahun 1912, saat Selden menulis buku yang berjudul "Psychology of The Stock Market" (Sewell, 2008). Dalam buku itu, Selden mengatakan bahwa "pergerakan harga saham dipengaruhi oleh sikap mental investor". Dimana sikap mental ini lebih kompleks daripada sekedar faktor fundamental (ekonomi, industri dan emiten) maupun faktor teknikal. Hal ini terkait pula dengan risiko penurunan harga saham karena efek sentimen pasar yang lebih banyak diakibatkan oleh pengaruh faktor psikologis investor.

Heuristic dan Framing
Investor rasional secara teori dikatakan mendasarkan keputusan investasinya pada informasi, baik itu informasi historis, publik ataupun private. Masalahnya adalah "pada titik waktu itu" informasi yang beredar di pasar teramat banyak. Penuh! Sehingga investor "dipaksa" memproses informasi itu untuk mendapatkan solusi yang cepat tetapi belum tentu optimal. Itulah Heuristic! ( Frensendy, Bisnis Indonesia, 4/1). Tentunya tidak semua informasi yang beredar di pasar itu dipergunakan dalam analisis. Secara psikologi, manusia hanya mampu memproses 7 (tujuh) macam informasi dalam waktu yang bersamaan. Sehingga masih dimungkinkan hasil eksekusi investasi yang telah dilakukan mengandung representative bias, karena ada kesalahan dalam memilih dan meng-eliminasi informasi.
Jika sekuritas tunggal dalam keranjang portolio kita mengalami kecenderungan penurunan harga yang tajam, maka investor rasional akan melakukan Cut Loss. Yaitu langkah memotong kerugian yang kemungkinan lebih parah jika tidak kita lakukan. secara riil memang masih rugi, tetapi kerugian itu bukan kerugian yang maksimal. Secara psikologis, terdapat investor yang tidak mau melakukan Cut Loss. Bukan disebabkan oleh substansi tetapi masalah teknis penyampaian. Cut Loss tetapi disampaikan dengan ungkapan "switch dana anda ke istrumen lain!". Itu lebih dikehendaki, daripada Cut Loss. Itu hanya sebagian contoh framing. Tetapi dalam konteks lebih luas, framing merupakan cara penyampaian data/informasi pasar kepada investor. Cara penyampaian akan menentukan reaksi investor. Informasi yang biasa tetapi disampaikan dengan cara yang "luar biasa" akan mengimplikasi perilaku investasi yang "luar biasa" pula. Sehingga framing juga sama pentingnya dengan substansi.

Behavioural Finance

|0 komentar
Salah satu implikasi dari EMH (efficient-market hypothesis) adalah bahwa harga sekuritas telah mencerminkan semua informasi yang tersedia bagi investor. Sayangnya, mengukur nilai intrinsik dari sekuritas tidaklah mudah. Pelaku pasar juga sulit menguji apakah harga telah sesuai dengan nilai intrinsiknya. Kebanyakan pengujian terhadap efisiensi pasar difokuskan pada kinerja strategi perdagangan aktif. Belum ada kesimpulan yang dapat diterima secara umum oleh semua pihak. Ini membawa pada munculnya aliran pemikiran baru, yaitu behavioral finance.
Barberis dan Thaler (2003) dalam Bodie, Kane, dan Marcus (2008) menjelaskan behavioral finance sebagai sebuah model pasar keuangan yang menekankan implikasi potensial dari faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku investor. Premisnya adalah bahwa teori keuangan konvensional kurang memperhatikan bagaimana orang sebenarnya membuat keputusan dan bahwa orang-orang membuat perbedaan. Semakin banyak ekonom menginterpretasikan literatur bahwa anomali pasar konsisten dengan irasionalitas, yang sepertinya menjadi ciri-ciri bagi para individu yang mengambil keputusan yang rumit.
Bodie, Kane, dan Marcus (2008:396) menuliskan dua argumen dasar dari kritik behavioral, yaitu irasionalitas dan keterbatasan kegiatan arbitrasi. Irasionalitas, terdiri dari dua kategori luas :
a. Investor tidak selalu memproses informasi dengan benar, dan karenanya dapat melakukan kesalahan dalam menghitung distribusi probabilitas laba di masa depan.
b. Meskipun memiliki distribusi probabilitas laba, investor sering membuat keputusan yang tidak konsisten dan optimal.

Keberadaan investor yang tidak rasional saja tidak akan cukup untuk membuat pasar menjadi tidak efisien. Jika irasionalitas mempengaruhi harga, arbitrator yang cerdik dapat mengambil keuntungan dengan mendorong harga kembali ke nilainya yang wajar. Ini merupakan argumen behavioral yang kedua, bahwa pada prakteknya kegiatan arbitrator semacam diatas adalah terbatas dan tidak cukup untuk memaksa harga kembali ke nilai intrinsiknya. Pelaku pasar pada umumnya akan setuju bahwa jika harga adalah benar, maka tidak ada peluang yang mudah untuk memperoleh laba. Namun ini tidak berarti kebalikannya adalah benar. Sedikit atau tidak adanya peluang laba dan gagalnya kinerja strategi perdagangan aktif melebihi kinerja strategi perdagangan pasif tidak berarti membuktikan bahwa pasar adalah efisien. (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 396)

Pemrosesan Informasi
Kesalahan dalam pemrosesan inforamasi dapat mengakibatkan investor salah memperkirakan probabilitas yang sebenarnya dari kejadian ataupun tingkat pengembalian dimasa depan. Beberapa bias pemrosesan informasi ini telah dibahas, empat diantaranya yang paling sering ditemui adalah (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 397-398) :
a. Kesalahan prediksi. Orang sering memberi bobot lebih berat pada pengalaman terbaru dibandingkan apa yang dipercayai sebelumnya ketika membuat prediksi (kadang disebut juga bias memori) dan sering membuat prediksi yang terlalu ekstrim tanpa mempertimbangkan ketidakpastian dalam informasi yang mereka miliki.
b. Percaya diri berlebihan. Orang cenderung untuk melebih-lebihkan ketepatan dari kepercayaan, prediksi, dan kemampuan mereka. Hal ini dapat dibuktikan dari tetap mendominasinya strategi manajemen aktif meskipun kinerja dari dana yang dikelola secara aktif telah menunjukkan hasil yang mengecewakan.
c. Konservatisme. Investor cenderung terlalu lambat atau konservatif dalam memperbaharui kepercayaan mereka sebagai respon atas penemuan baru. Misalnya jika investor kurang bereaksi terhadap berita fundamental, maka harga hanya mencerminkan informasi baru secara bertahap.
d. Representatifan dari ukuran sampel. Orang cenderung tidak mementingkan ukuran sampel dengan alalsan bahwa sampel yang kecil sama representatifnya dengan sampel yang besar. Oleh karenanya, beberapa pola harga mungkin terlalu cepat diinterpretasikan dan tren mungkin diekstrapolasikan terlalu jauh kedepan.

Bias Behavioral
Meskipun jika pemrosesan informasi dilakukan dengan benar, banyak studi menyimpulkan bahwa individual cenderung membuat keputusan yang tidak sepenuhnya rasional dengan menggunakan informasi tersebut. Bias-bias behavioral tersebut diantaranya (Bodie, Kane, dan Marcus, 2008 : 398-400) :
a. Perhitungan mental.
Merupakan pengkotakan dimana orang memisahkan keputusan tertentu, misalnya dengan memperlakukan beberapa investasinya secara berbeda. Secara rasional, semua investasi seharusnya dipandang sebagai sebuah portofolio dengan profil resiko dan pengembalian yang terintegrasi.
b. Penghindaran atas penyesalan. Individu yang membuat keputusan yang kemudian berdampak buruk akan memiliki penyesalan lebih apabila keputusan tersebut adalah atas sesuatu yang kurang konvensional.
Teori Prospek. Merupakan modifikasi dari penjelasan analitis atas investor yang risk-averse. Kekayaan yang semakin besar membnrikan tikat kepuasan atau “utilitas’ lebih, namun pada tingkat yang terus menurun (diminishing). Hal ini akan meningkatkan tingkat risk-averse sehingga premi resiko yang diinginkan semakin tinggi dan dapat mengarah pada tindakan irasional.

Referensi :
Barberis, N. and Thaler, R. (2003), “A Survey of Behavioral Finance,” Handbook of the Economics of Finance.
Bodie, Z., Kane, A., and Marcus, Alan, J. (2008), “Investments,” McGraw-Hill International Edition, Seventh Edition.
Sumber : http://yasinta.net/behavioral-finance

Currency Converter